Takdir yang Terjalin: Naruto di Dunia Iblis

Fantasy 14 to 20 years old 2000 to 5000 words Bahasa Indonesia

Story Content

Langit senja memerah di atas Akademi Kuoh, mewarnai halaman sekolah dengan nuansa oranye dan ungu yang dramatis. Di dalam ruang klub Penelitian Ilmu Gaib, ketegangan menggantung begitu tebal hingga terasa bisa dipotong dengan pisau. Setelah beberapa hari mengetahui siapa Naruto, kehadirannya masih menjadi sumber intrik dan rasa ingin tahu.
Di tengah ruangan, Naruto, bocah pirang dengan mata biru cerah yang memancarkan energi tak terbatas, berdiri dengan sedikit canggung. Di sekelilingnya, duduk anggota klub Penelitian Ilmu Gaib: Rias Gremory, pewaris klan iblis terpandang, dengan rambut merah kirmizi dan aura keanggunan yang tak terbantahkan; Akeno Himejima, wakil presiden klub yang misterius dengan senyum lembut dan tatapan mengintimidasi; Koneko Toujou, loli nekonomimi yang pendiam namun kuat; dan Yuuto Kiba, pendekar pedang berambut pirang yang tenang dan setia.
Rias, yang duduk di singgasana kecilnya, menatap Naruto dengan penuh minat. "Jadi, Naruto," katanya dengan suara yang merdu namun mengandung otoritas, "kau benar-benar berasal dari dunia lain?"
Naruto menggaruk pipinya dengan gugup. "Yah, begitulah. Aku dulunya tinggal di desa Konoha, dunia ninja. Lalu... bam! Tiba-tiba aku berada di sini."
Akeno terkikik pelan. "'Bam'? Penjelasan yang menarik."
"Aku tidak tahu apa yang terjadi!" bela Naruto. "Yang aku tahu, aku sedang bertarung melawan musuh yang sangat kuat, dan kemudian ada kilatan cahaya, dan voila! Aku berada di depan gerbang sekolah ini."
Kiba mengangguk pelan. "Kekuatanmu sangat luar biasa, Naruto. Aku bisa merasakan energi yang luar biasa terpancar darimu."
Tiba-tiba, Koneko, yang biasanya pendiam, berseru, "Energi yang tidak wajar."
Ucapan Koneko memicu keheningan singkat. Naruto mengerutkan kening, merasa tidak nyaman dengan tatapan intens semua orang.
Rias berdiri dan berjalan mendekati Naruto. Dia menatapnya dengan saksama, matanya berkilat-kilat dengan rasa ingin tahu dan mungkin... kekhawatiran.
"Naruto, bisakah kau menjelaskan lebih detail tentang dunia asalmu? Tentang kekuatanmu?"
Naruto menghela nafas. Dia tahu cepat atau lambat dia harus menceritakan kisahnya. Kisah tentang Konoha, tentang mimpinya menjadi Hokage, tentang penderitaan dan kehilangan yang telah ia alami.
"Baiklah," kata Naruto. "Dulu, aku seorang ninja dari desa Konoha. Di dunia kami, orang-orang mengendalikan chakra, energi spiritual dan fisik yang memungkinkan kami melakukan jutsu yang luar biasa."
Dia menjelaskan tentang chakra, tentang berbagai elemen, tentang jutsu-jutsu yang ia kuasai, tentang Kurama, Bijuu yang tersegel di dalam dirinya.
Rias dan yang lainnya mendengarkan dengan seksama, wajah mereka menunjukkan kekaguman dan kebingungan. Konsep chakra dan jutsu benar-benar asing bagi mereka.
"Lalu, apa yang membuatmu begitu kuat?" tanya Rias.
Naruto menggaruk pipinya lagi. "Aku adalah Jinchuriki dari Kyuubi no Kitsune, Kurama. Dia memberiku sebagian dari kekuatannya."
"Kyuubi no Kitsune?" bisik Akeno. "Seekor monster rubah ekor sembilan yang legendaris?"
Naruto mengangguk. "Dia awalnya jahat, tapi sekarang kami adalah teman. Kami bekerja sama untuk melindungi orang-orang yang kami sayangi."
Saat Naruto selesai bercerita, keheningan kembali memenuhi ruangan. Rias berpikir keras, mempertimbangkan semua informasi baru ini.
Tiba-tiba, sebuah suara yang tenang dan sopan memecah kesunyian. "Maafkan atas keterlambatanku, Rias-sama."
Semua orang menoleh dan melihat seorang wanita anggun berambut perak memasuki ruangan. Dia mengenakan pakaian pelayan berwarna hitam dan putih klasik, dan auranya memancarkan kekuatan dan kepercayaan diri.
Naruto merasakan aura yang sangat familiar. Jantungnya berdebar lebih cepat.
"Grafiya!" seru Rias dengan terkejut. "Ada apa?"
Grafiya, Maou kuno dari keluarga Lucifage dan pelayan setia Sirzechs Lucifer, membungkuk hormat. "Saya datang atas perintah Sirzechs-sama. Dia ingin bertemu dengan Naruto."
Naruto tercengang. Mengapa Sirzechs Lucifer, Maou terkuat, ingin bertemu dengannya?
Rias tampak khawatir. "Apa alasannya?"
Grafiya tersenyum tipis. "Sirzechs-sama hanya ingin bertemu dengan seseorang yang berasal dari dunia lain dengan kekuatan yang unik. Dia yakin Naruto akan menjadi tambahan yang menarik untuk duniamu."
Rias masih ragu-ragu, tetapi dia tahu dia tidak bisa menolak perintah dari kakaknya. "Baiklah," katanya akhirnya. "Kami akan ikut denganmu."
Naruto menatap Grafiya dengan intens. Ada sesuatu yang familiar tentang auranya, sesuatu yang membangkitkan ingatan samar-samar. Tapi dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
Saat mereka bersiap untuk pergi, Naruto mendekati Grafiya. "Maaf, tapi... apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"
Grafiya menatap Naruto dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Saya pikir tidak, Naruto-san. Ini pertama kalinya kita bertemu."
Namun, Naruto tidak yakin. Ada sesuatu dalam matanya, dalam caranya berbicara, yang membuatnya curiga.
Mereka keluar dari akademi dan menuju ke gerbang teleportasi yang dipanggil oleh Grafiya. Saat mereka melangkah masuk, Naruto merasakan sensasi pusing dan familiar. Dia pernah mengalami ini sebelumnya... saat pertama kali tiba di dunia ini.
Mereka tiba di dunia iblis, dimensi alternatif yang gelap dan suram, penuh dengan kastil-kastil kuno dan pepohonan aneh. Langit merah darah di atas mereka menambah suasana menakutkan.
Mereka dibawa ke istana megah yang terbuat dari batu hitam, di mana mereka disambut oleh Sirzechs Lucifer, Maou dengan aura kekuatan yang tak terlukiskan.
Sirzechs tersenyum ramah kepada Naruto. "Selamat datang di dunia iblis, Naruto-kun. Aku Sirzechs Lucifer. Aku sudah mendengar banyak tentangmu."
Naruto membungkuk hormat. "Senang bertemu dengan Anda, Sirzechs-sama."
"Jangan terlalu formal," kata Sirzechs. "Aku ingin mengenalmu lebih baik. Aku sangat tertarik dengan dunia asalmu dan kekuatanmu."
Sirzechs mengundang mereka untuk duduk dan menawarkan minuman dan makanan ringan. Dia bertanya kepada Naruto tentang Konoha, tentang ninja, tentang Bijuu, dan tentang perang yang ia alami.
Naruto menjawab semua pertanyaan dengan jujur, dan Sirzechs mendengarkan dengan penuh minat.
Saat mereka berbicara, Naruto semakin merasakan koneksi aneh dengan Grafiya. Dia tidak tahu mengapa, tapi dia merasa seolah dia mengenalnya selama bertahun-tahun.
Tiba-tiba, Sirzechs bertanya, "Naruto-kun, pernahkah kau mendengar tentang teknik reinkarnasi?"
Naruto mengerutkan kening. "Reinkarnasi? Tidak pernah."
"Ini adalah teknik yang memungkinkan iblis untuk bereinkarnasi menjadi manusia atau makhluk lain setelah kematian," jelas Sirzechs.
Naruto merasa tidak nyaman. Ke mana arah pembicaraan ini?
Sirzechs melanjutkan, "Aku yakin kau adalah reinkarnasi dari seseorang yang sangat kuat dan penting dari masa lalu."
Naruto tercengang. "Apa? Tapi aku... aku hanya Naruto Uzumaki!"
"Aku tahu ini mungkin sulit dipercaya," kata Sirzechs. "Tapi aku punya bukti untuk mendukung teoriku. Dan Grafiya di sini, mungkin bisa membantumu mengingat masa lalumu."
Naruto menoleh ke Grafiya, yang menatapnya dengan tatapan penuh harapan. Tiba-tiba, serpihan ingatan mulai muncul di benaknya.
Penglihatan tentang peperangan dahsyat, tentang orang-orang kuat yang bertarung demi keyakinan mereka, tentang pengkhianatan dan kehilangan yang tak terkatakan.
Naruto mencengkeram kepalanya dengan kesakitan. Ingatan-ingatan itu begitu kuat, begitu intens, hingga membuatnya hampir pingsan.
Grafiya bergegas mendekatinya dan memegang tangannya. "Tenang, Naruto. Tenang. Jangan memaksakan dirimu."
Sentuhan Grafiya membangkitkan ingatan yang lebih jelas. Penglihatan tentang seorang pria berambut perak yang mengenakan baju besi putih, yang bertarung dengan pedang suci melawan kekuatan jahat.
Pria itu... adalah dirinya sendiri.
Naruto membuka matanya dengan lebar. "Aku... aku bukan Naruto Uzumaki," bisiknya.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Rias dengan cemas.
Naruto menatap langit-langit istana, pikirannya berputar-putar dengan informasi baru. Dia bukan hanya seorang ninja dari dunia lain. Dia adalah reinkarnasi dari seorang pahlawan legendaris.
"Aku... aku adalah seorang Ksatria Suci dari masa lalu," katanya dengan suara yang gemetar. "Namaku... adalah Sir Vali Lucifer."